Kejadian jatuh dari sepeda yang menyebabkan Fia luka dan berdarah, membawa trauma sendiri buat saya, ibunya. Sepeda baru Fia benar-benar membuat saya jantungan. Pertama karena Fia sangat terobsesi dengan waktu bermainnya, kedua, kreatifitas Fia dalam mengendarai sepeda yang saya tidak pernah bayangkan sebelumnya. Sebetulnya, Fia trampil mengendarai sepedanya namun pada saat yang sama ia belum menguasai benar sepeda barunya ini. Alhasil, ada saja cerita sore hari sesudah ia bermain sepeda. Lutunya luka dan baru - baru ini hingga berdarah-darah. Lemas lah saya ibunya. Emosi saya ingin sekali membuang sepeda itu. Tapi saya pikir, masalahnya tidak akan selesai sampai di situ.
Setelah beberapa hari istirahat dan minum obat karena lukanya yang terakhir itu dan libur dari main sepeda, kemarin Fia minta supaya ia bisa diijinkan bermain lagi. Dengan tegas, saya katakan sebelum obatnya habis, tidak ada ijin untuk bermain sepeda. Fia merengek dan berusaha meyakinkan saya kalau lukanya sudah sembuh.
Akhirnya, Fia saya ajak bicara. [Belakangan saya rasa saya telah mengajukan pertanyaan yang terlalu tinggi buatnya]. Saya katakan, apa yang membuat saya bisa merasa aman dan tidak takut untuk mengijinkan dia bermain sepeda lagi. Saya beri dia waktu untuk menjawab pertanyaan saya. Selang beberapa jam, Fia datang menghampiri saya, dan berkata:
" Ma, mama percaya aja. Fia kan anak mama, Fia nga mungkin macem-macem.." dengan gaya centilnya.
Saya kaget. Kemudian berusaha memaknai kata, Mama percaya aja. Pemikiran saya, itu tidak menjawab concern saya pada keselamatannya mengendarai sepeda. Tapi di sisi lain, saya berpikir, apa yang bisa dibuatnya untuk menjamin saya? Percaya aja....