One day, Fia showed me this song. She got it from MTV Asia and searched it in Youtube. She likes Mariah Carey.
But this song, triggered us to the memories of those who were leaving this earth peacefully. Both of us so sad when we listened to this song. But through this song, we know that we never really say goodbye to them...
Bye Bye-Mariah Carey w/lyrics
Thursday, July 1, 2010
Monday, April 19, 2010
19 April 2010
Mengingat kebesaran dan anugrah Tuhan 10 tahun yang lalu
Hari ini, Fia berulang tahun ke 10 tahun. Ulang tahun pertama untuk usia angka dua dijit.
Hari saat kami diingatkan betapa luar biasanya kasih dan anugrah Tuhan dalam hidup kami.
Saya katakan pada Fia maupun pada siapa saja saat ada kesempatan, bahwa kelahiran Fia adalah bukti keagungan Tuhan yang nyata dalam hidup kami.
Proses kelahiran Fia, meskipun normal, mengalami tahap yang tidak normal. Perkiraan Fia lahir tanggal 12 April. Dokter kandungan menganjurkan, sekiranya dalam satu minggu kemudian tidak terjadi apa-apa, maka saya diminta untuk datang tanggal 19 April untuk diinduksi, supaya bisa melahirkan. Minggu sebelumnya, dokter hanya memeriksa detak jantung bayi dengan menggunakan alat, dan seingat saya, USG terakhir dilakukan saat kehamilan saya berusia 7 bulan.

Akhirnya, Rabu siang, saya siap untuk diinduksi. Pukul 12, suster memasang infus dan kira-kira pukul 3, mulailah perut saya berkontraksi dengan jeda waktu satu jam, setengah jam, dan kontraksi sangat mulai terjadi pukul setengah lima sore.
Akhirnya, pukul delapan lewat lima belas, saya masuk ke kamar bersalin. Gejolak Fia yang mau keluar bak gelombang di perut saya. Suster mengatakan agar saya bertahan dulu, karena dokternya belum datang. Untunglah tidah lama, setelah dokter datang, pukul setengah sembilan kurang, proses kelahiran dapat dimulai. Setelah beberapa saat, ternyata Fia tidak kunjung keluar. Dokter memberi jalan keluar dengan melakukan vakum. Saya merasa tidak ada pilihan lain, maka Fia pun di vakum.

Segera setelah Fia lahir, dokter mengatakan bahwa bayinya terlilit.
Belakangan saya baru menyadari, bahwa jika bayi terlilit, maka induksi dan vacuum tidak diperbolehkan, karena adanya kemungkinan sang bayi terjerat tali pusat yang akan membahayakan hidupnya.

Ajaib Tuhan, Ajaib Tuhan..
Selamat Ulang Tahun, Fia...
How Great Thou Art, How Great Thou Art...
Hari ini, Fia berulang tahun ke 10 tahun. Ulang tahun pertama untuk usia angka dua dijit.
Hari saat kami diingatkan betapa luar biasanya kasih dan anugrah Tuhan dalam hidup kami.
Saya katakan pada Fia maupun pada siapa saja saat ada kesempatan, bahwa kelahiran Fia adalah bukti keagungan Tuhan yang nyata dalam hidup kami.
Proses kelahiran Fia, meskipun normal, mengalami tahap yang tidak normal. Perkiraan Fia lahir tanggal 12 April. Dokter kandungan menganjurkan, sekiranya dalam satu minggu kemudian tidak terjadi apa-apa, maka saya diminta untuk datang tanggal 19 April untuk diinduksi, supaya bisa melahirkan. Minggu sebelumnya, dokter hanya memeriksa detak jantung bayi dengan menggunakan alat, dan seingat saya, USG terakhir dilakukan saat kehamilan saya berusia 7 bulan.

Akhirnya, Rabu siang, saya siap untuk diinduksi. Pukul 12, suster memasang infus dan kira-kira pukul 3, mulailah perut saya berkontraksi dengan jeda waktu satu jam, setengah jam, dan kontraksi sangat mulai terjadi pukul setengah lima sore.
Akhirnya, pukul delapan lewat lima belas, saya masuk ke kamar bersalin. Gejolak Fia yang mau keluar bak gelombang di perut saya. Suster mengatakan agar saya bertahan dulu, karena dokternya belum datang. Untunglah tidah lama, setelah dokter datang, pukul setengah sembilan kurang, proses kelahiran dapat dimulai. Setelah beberapa saat, ternyata Fia tidak kunjung keluar. Dokter memberi jalan keluar dengan melakukan vakum. Saya merasa tidak ada pilihan lain, maka Fia pun di vakum.

Segera setelah Fia lahir, dokter mengatakan bahwa bayinya terlilit.
Belakangan saya baru menyadari, bahwa jika bayi terlilit, maka induksi dan vacuum tidak diperbolehkan, karena adanya kemungkinan sang bayi terjerat tali pusat yang akan membahayakan hidupnya.

Ajaib Tuhan, Ajaib Tuhan..
Selamat Ulang Tahun, Fia...
How Great Thou Art, How Great Thou Art...
Tuesday, April 13, 2010
Rekreasi...perlu ya?
Akhir pekan,
apalagi kalau bukan meluruskan syaraf-syaraf yang kaku setelah lima hari bekerja.
Saatnya ber-re-kreasi supaya siap menghadapi minggu selanjutnya:-)
-- alasan untuk rileks dan santai-santai dengan keinginan untuk tidak mengerjakan apa apa sebetulnya --.
Sabtu ini, pilihan kami Taman Kota 2, BSD.
Lahannya luas, rimbun dan dilengkapi dengan track untuk mereka yang mau jogging maupun bersepeda. Atau hanya untuk duduk-duduk santai. Ada jembatan penghubung dan aliran sungai membelah areal yang luas ini. Ada juga penjual tanaman-tanaman hias yang indah-indah. Saya membeli media 'tanah' untuk anggrek dan pupuknya. Serta membeli sebuah tanaman melati.

Hari Minggu,
Pilihan jatuh ke Ancol, karena anak-anak ingin bermain pasir dan bom bom car (?)
Untuk yang terakhir, tidak kami temui di Ancol. Mungkin harus masuk ke Dunia Fantasi.
Waktu kami habiskan denga bermain pasir, naik perahu dan makan seafood. Lelah, tapi menyenangkan. (Impaslah, keinginan saya tadinya hanya ingin santai-santai di rumah dan do nothing)
Saya terkesan saat Fia meminjam handphone saya untuk merekam sebuah cerita yang dibintangi oleh Yosua, saat mereka sedang bermain pasir pantai. Judul ceritanya Monster Sambal. Bagaimana Yosua yang terkubur setengah badannya dengan pasir, tiba-tiba bangkit dari 'kuburnya' untuk mengobrak-abrik desa untuk mencari makanannya, Sambal(sambal ini adalah sisa sambal sachet yang kami dapat dari McD), yang diraupnya dan 'seolah-olah' dilahapnya. Saya suka melihat cara Yosua dalam melakukan scene ini. Ia bisa menciptakan cara melahap, tanpa melahap sesungguhnya. Cerita spontan, aktor spontan. Film spontan. (Hmmmm..mungkin bisa dibuat buku ceritanya nanti dan diedit videonya)
Ternyata, momen-momen seperti ini, dapat juga menjadi suatu kesempatan untuk berkreasi bagi anak-anak, yang hasilnya diluar dugaan orang tua. Saya melihat Fia yang berperan sebagai pembawa acara, pembuat cerita serta Yosua sebagai aktor yang dengan 'luwesnya' memainkan peran spontan mengikuti jalan cerita Fia, tanpa ada kesepakatan apa-apa sebelumnya. Spontan dan lucu.
Rekreasi, perlu... karena:
Rekreasi dapat memberi stimulasi hingga merangsang kreatifitas anak-anak untuk berkreasi...
(Ternyata anak-anak perlu sering sering diberi stimulasi untuk merangsang kreatifitasnya, dan orang tua akan dapat melihat hasil kreatifitas mereka yang tak terduga)
Well ..ini adalah satu satu bentuk kegiatan rekreasi di luar rumah.
Ada ide untuk bentuk rekreasi di dalam rumah yang murah meriah tapi tetap mempunyai unsur stimulasi, kreatifitas dan kreasi?
apalagi kalau bukan meluruskan syaraf-syaraf yang kaku setelah lima hari bekerja.
Saatnya ber-re-kreasi supaya siap menghadapi minggu selanjutnya:-)
-- alasan untuk rileks dan santai-santai dengan keinginan untuk tidak mengerjakan apa apa sebetulnya --.
Sabtu ini, pilihan kami Taman Kota 2, BSD.
Lahannya luas, rimbun dan dilengkapi dengan track untuk mereka yang mau jogging maupun bersepeda. Atau hanya untuk duduk-duduk santai. Ada jembatan penghubung dan aliran sungai membelah areal yang luas ini. Ada juga penjual tanaman-tanaman hias yang indah-indah. Saya membeli media 'tanah' untuk anggrek dan pupuknya. Serta membeli sebuah tanaman melati.

Hari Minggu,
Pilihan jatuh ke Ancol, karena anak-anak ingin bermain pasir dan bom bom car (?)
Untuk yang terakhir, tidak kami temui di Ancol. Mungkin harus masuk ke Dunia Fantasi.
Waktu kami habiskan denga bermain pasir, naik perahu dan makan seafood. Lelah, tapi menyenangkan. (Impaslah, keinginan saya tadinya hanya ingin santai-santai di rumah dan do nothing)
Saya terkesan saat Fia meminjam handphone saya untuk merekam sebuah cerita yang dibintangi oleh Yosua, saat mereka sedang bermain pasir pantai. Judul ceritanya Monster Sambal. Bagaimana Yosua yang terkubur setengah badannya dengan pasir, tiba-tiba bangkit dari 'kuburnya' untuk mengobrak-abrik desa untuk mencari makanannya, Sambal(sambal ini adalah sisa sambal sachet yang kami dapat dari McD), yang diraupnya dan 'seolah-olah' dilahapnya. Saya suka melihat cara Yosua dalam melakukan scene ini. Ia bisa menciptakan cara melahap, tanpa melahap sesungguhnya. Cerita spontan, aktor spontan. Film spontan. (Hmmmm..mungkin bisa dibuat buku ceritanya nanti dan diedit videonya)
Ternyata, momen-momen seperti ini, dapat juga menjadi suatu kesempatan untuk berkreasi bagi anak-anak, yang hasilnya diluar dugaan orang tua. Saya melihat Fia yang berperan sebagai pembawa acara, pembuat cerita serta Yosua sebagai aktor yang dengan 'luwesnya' memainkan peran spontan mengikuti jalan cerita Fia, tanpa ada kesepakatan apa-apa sebelumnya. Spontan dan lucu.
Rekreasi, perlu... karena:
Rekreasi dapat memberi stimulasi hingga merangsang kreatifitas anak-anak untuk berkreasi...
(Ternyata anak-anak perlu sering sering diberi stimulasi untuk merangsang kreatifitasnya, dan orang tua akan dapat melihat hasil kreatifitas mereka yang tak terduga)
Well ..ini adalah satu satu bentuk kegiatan rekreasi di luar rumah.
Ada ide untuk bentuk rekreasi di dalam rumah yang murah meriah tapi tetap mempunyai unsur stimulasi, kreatifitas dan kreasi?

Saturday, March 27, 2010
Kids' works at the weekend
Wednesday, March 24, 2010
Kacamata buat Fia
Jangan pernah mengacuhkan keluhan si kecil, seberapa sepelenya pun keluhan itu. Hal ini terjadi saat pertama kali saya mengganti kacamata tahun lalu. Saat itu, Fia tampak antusias sekali dengan kacamata yang saya kenakan. Fia ingin sekali mengenakan kacamata. Berulang-ulang saya katakan, untuk tidak mengenakan kacamata saya agar matanya tidak 'rusak'
Setelah beberapa saat kemudian, Fia mengeluhkan kalau ia merasa perlu memeriksakan matanya ke doketer, karena ia merasa agak kesulitan untuk membaca. Saat itu, saya pikir, Fia hanya ingin 'gaya-gaya'an dengan kacamata.
Selang beberapa bulan kemudian, saya mulai memperhatikan bagaimana Fia sering memicingkan matanya jika melihat objek tertentu. Saat ia menonton televisi, saat ia mengalihkan pandagannya untuk melihat sesuatu, beberapa kali saya memergokinya ia memicingkan mata.
Akhirnya, setelah acara keluarga hari Sabtu lalu, beberapa orang memberi masukan buat saya bahwa Fia perlu diperiksa matanya. Seorang mengatakan seraya menunjukkan bagaiman Fia menonton televisi dan seorang lain mengatakan bahwa Fia pernah bilang padanya, kalau ia merasa kesulitan untuk melihat tulisan di papan tulis di kelas saat ia duduk di deretan bangku belakang.
Saya mencari waktu yang pas untuk membawanya ke dokter mata. Ternyata, pemeriksaan membuktikan bahwa mata kanan Fia mengalami koreksi minus 1,5 dan mata kirinya minus 2. Serta keduanya mengalami silinder 0,5. Menurut pak dokter, koreksi ini terjadi karena terlalu sering menggunakan mata untuk ajrak pandang yang dekat seperti membaca buku dan menggunakan komputer. Hal ini dapat disiasati dengan melatih pandangan mata dengan memandang objek-objek jauh, apalagi setelah membaca dan menggunakan komputer. Bisa berkurang, apalagi kalau dibawa dalam doa, demikian kata pak dokter. Ternyata, Fia baru mengakui kalau kesulitan membacanya ini telah ia alami saat semester pertama sekolah, tahun lalu. --Saat saya mengenakan kacamata saya yang sering ia main-mainkan saat itu--
Ya ampun...,betapa saya sudah mengacuhkan keluhanannya saat itu....tersusup perasaan menyesal dalam hati. Maaf ya kak..Seharusnya tidak perlu menunggu demikian lama untuk melakukan pemeriksaan mata.
Kemarin sore, kacamatanya siap dipakai. Setelah dikenakan, tampak senyum sumringah Fia menghias wajahnya dan spontan ia berkata, sekarang aku bisa melihat lebih jelas, Ma...lalu ia bereksperimen dengan kacamatanya sambil mencoba-coba melihat objek-objek disekitarnya seraya membandingkan dengan melihatnya tanpa dan dengan kacamatanya.
Senang melihat Fia bisa senyum lebar lagi.
Setelah beberapa saat kemudian, Fia mengeluhkan kalau ia merasa perlu memeriksakan matanya ke doketer, karena ia merasa agak kesulitan untuk membaca. Saat itu, saya pikir, Fia hanya ingin 'gaya-gaya'an dengan kacamata.
Selang beberapa bulan kemudian, saya mulai memperhatikan bagaimana Fia sering memicingkan matanya jika melihat objek tertentu. Saat ia menonton televisi, saat ia mengalihkan pandagannya untuk melihat sesuatu, beberapa kali saya memergokinya ia memicingkan mata.
Akhirnya, setelah acara keluarga hari Sabtu lalu, beberapa orang memberi masukan buat saya bahwa Fia perlu diperiksa matanya. Seorang mengatakan seraya menunjukkan bagaiman Fia menonton televisi dan seorang lain mengatakan bahwa Fia pernah bilang padanya, kalau ia merasa kesulitan untuk melihat tulisan di papan tulis di kelas saat ia duduk di deretan bangku belakang.


Kemarin sore, kacamatanya siap dipakai. Setelah dikenakan, tampak senyum sumringah Fia menghias wajahnya dan spontan ia berkata, sekarang aku bisa melihat lebih jelas, Ma...lalu ia bereksperimen dengan kacamatanya sambil mencoba-coba melihat objek-objek disekitarnya seraya membandingkan dengan melihatnya tanpa dan dengan kacamatanya.
Senang melihat Fia bisa senyum lebar lagi.

Tuesday, November 24, 2009
Intermezzo - me and my boy
Banyak bener perkataannya
Rumah: halo?
Saya: Bicara sama Yosua dong
Rumah-suara teriakan-: YOOO, MAMA MAU BICARAAA
Yosua: Halo
Saya: Yosua apa kabar?
Yosua: baik
Saya: Gimana batuknya?
Yosua: udah enakan
Saya: udah makan?
Yosua: belom
Saya: lagi ngapain?
Yosua: nonton
Saya:Yo, jangan minum air dingin dulu ya?
Yosua: iya
Saya: dadanya olesin minyak kayu putih,
Yosua: iya
Saya: trus pake sendal biar ngak dingin
Yosua: iya
Saya: jangan lupa, abis ini makann
Yosua: iya
Yosua: banyak banget perkataanya
Saya: Yosua inget ngak apa yang barusan mama bilang
Yosua: ngak
Saya: wuahahahaha...oke skarang gini
Saya: kita mulai dari atas ya, mulut, jangan minum air dingin
Saya: turun ke bawah, dada, digosok minyak kayu putih
Saya: paling bawah pake sendal
Saya: Yosua inget?
Yosua: inget..mulai dari mata eh mata...mulut, tidak minum air dingin
Yosua: pake minyak kayu putih
Yosua: pake sendal
Yosua: dan makann
Saya: o iya...berarti mulut dua ya...sama makan
Saya: inget ya..
Yosua: iya ma
Saya: oke deh..sampe nanti ya?
Yosua: daag
(Nov 2009)
Tutah
Suatu hari, saya tiba dirumah dan masih di belakang kemudi di garasi mobil ketika Yosua menghampiri ban mobil belakang dan berusaha untuk mengambil batu di sela-sela ban mobil itu. Waktu itu usianya kira-kira 2 tahun. Melihat usahanya saya berusaha bertanya kesulitannya.
Saya: Tutah Yo? [baca: Susah Yo?--Yosua melafalkan tutah untk kata susah--]
Yosua: apa? sambil tanganya tetap mencoba meraih batu terjepit itu
Saya-dengan suara yang lebih keras menghampirinya-: tutah?
Yosua: apah?
Saya: Susah? -sambil mendampinginya-
Yosua: ohh..tutahhh..-tetap berusaha mengambil batu itu tanpa melihat saya.
Tutah 2
Suatu siang, saya melihat Yosua sedang bermain dengan mainan obengnya untuk membuka sekrup mainan mobil-mobilannya. Kembali saya tegur dia:
Saya: tutah Yo?
Yosua: apa ma?
Saya: tutah?
Yosua: apaaa?
Saya: Susah?
Yosua: ngak kok ma..
Kok panggil Ibu?
Karena tidak masak, kali ini kami memutuskan untuk makan di warung tenda seafood di Depok. Setelah selesai makan, saya meminta bon untuk membayar. Karena ada kembalian, si mbak penjual menyerahkan uang kembalian seraya mengucapkan Terima kasih mbak. Serentak Yosua menimpali dengan suara keras: "Kok panggil mbak, ngak panggil Ibu?"Mbak penjual tadi tersenyum dan berkata " Kan Ibunya masih muda deekk", wah..kalo yang ini saya yang tersipu malu...he..he.he..

Rumah: halo?
Saya: Bicara sama Yosua dong
Rumah-suara teriakan-: YOOO, MAMA MAU BICARAAA
Yosua: Halo
Saya: Yosua apa kabar?
Yosua: baik
Saya: Gimana batuknya?
Yosua: udah enakan
Saya: udah makan?
Yosua: belom
Saya: lagi ngapain?
Yosua: nonton
Saya:Yo, jangan minum air dingin dulu ya?
Yosua: iya
Saya: dadanya olesin minyak kayu putih,
Yosua: iya
Saya: trus pake sendal biar ngak dingin
Yosua: iya
Saya: jangan lupa, abis ini makann
Yosua: iya
Yosua: banyak banget perkataanya
Saya: Yosua inget ngak apa yang barusan mama bilang
Yosua: ngak
Saya: wuahahahaha...oke skarang gini
Saya: kita mulai dari atas ya, mulut, jangan minum air dingin
Saya: turun ke bawah, dada, digosok minyak kayu putih
Saya: paling bawah pake sendal
Saya: Yosua inget?
Yosua: inget..mulai dari mata eh mata...mulut, tidak minum air dingin
Yosua: pake minyak kayu putih
Yosua: pake sendal
Yosua: dan makann
Saya: o iya...berarti mulut dua ya...sama makan
Saya: inget ya..
Yosua: iya ma
Saya: oke deh..sampe nanti ya?
Yosua: daag
(Nov 2009)
Tutah
Suatu hari, saya tiba dirumah dan masih di belakang kemudi di garasi mobil ketika Yosua menghampiri ban mobil belakang dan berusaha untuk mengambil batu di sela-sela ban mobil itu. Waktu itu usianya kira-kira 2 tahun. Melihat usahanya saya berusaha bertanya kesulitannya.
Saya: Tutah Yo? [baca: Susah Yo?--Yosua melafalkan tutah untk kata susah--]
Yosua: apa? sambil tanganya tetap mencoba meraih batu terjepit itu
Saya-dengan suara yang lebih keras menghampirinya-: tutah?
Yosua: apah?
Saya: Susah? -sambil mendampinginya-
Yosua: ohh..tutahhh..-tetap berusaha mengambil batu itu tanpa melihat saya.
Tutah 2
Suatu siang, saya melihat Yosua sedang bermain dengan mainan obengnya untuk membuka sekrup mainan mobil-mobilannya. Kembali saya tegur dia:
Saya: tutah Yo?
Yosua: apa ma?
Saya: tutah?
Yosua: apaaa?
Saya: Susah?
Yosua: ngak kok ma..
Kok panggil Ibu?
Karena tidak masak, kali ini kami memutuskan untuk makan di warung tenda seafood di Depok. Setelah selesai makan, saya meminta bon untuk membayar. Karena ada kembalian, si mbak penjual menyerahkan uang kembalian seraya mengucapkan Terima kasih mbak. Serentak Yosua menimpali dengan suara keras: "Kok panggil mbak, ngak panggil Ibu?"Mbak penjual tadi tersenyum dan berkata " Kan Ibunya masih muda deekk", wah..kalo yang ini saya yang tersipu malu...he..he.he..


Monday, September 21, 2009
Lebaran
Sudah menjadi ritual tiap tahun, saat lebaran tiba, maka kesibukan yang berbeda bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja seperti saya adalah menjadi ibu rumah tangga sesungguhnya. Sudah terbayang, ritual pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang akan menghiasi liburan lebaran SETIAP TAHUNnya. Bagun pagi,menyiapkan sarapan, memastikan anak-anak mandi, menyiapkan makan siang, mencuci perabotan masak maupun peralatan makan, mencuci baju, setrika baju, menyapu lantai, mengepel lantai, menyiram tanaman, memastikan kamar anak-anak tertata rapi dan benda-benda ada pada tempatnya dan .... mandi.
Sementara pada saat yang bersamaan, si mbak, yang biasanya menjadi asisten di rumah yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di atas, sedang membuat ketupat, makan ketupat, bercengkrama dengan keluarga dan menikmati Hari Raya ini dengan keluarga besar, sanak famili serta kerabat dan teman, sambil tertawa riang, tanpa harus memikirkan apakah sudah beres memasak atau mencuci baju. Tentu saja mereka pantas untuk mendapatkan semua keriangan itu, setelah hampir setahun berpisah dari sanak keluarga dan terlebih setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Perjalanan yang ditempuh dalam waktu belasan jam, dua kali lipat jarak tempuh dalam waktu normal, bukan menjadi penghalang untuk menikmati sukacita Idul Fitri di kampung halaman mereka. Perjalanan mudik dengan bermacet-macet dan menghabiskan waktu yang luar biasa mengundang keletihan badani, menjadi sebuah perayaan tersendiri yang mungkin telah dianggap menjadi ritual tahunan jelang Idul Fitri.
Ternyata...
Kembali ke rumah. Rasanya, baru membayangkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga tadi saja sudah melelahkan. Lebih baik berkutat dengan tumpukan buku-buku dan bekerja di depan laptop berjam-jam dari pada harus berkelahi dengan cipratan minyak panas dari ikan-ikan yang sudah tercemplung dalam wajan. Atau harus menggosok pantat panci yang-ternyata selama ini tidak dibersihkan benar- sudah mulai kehitam-hitaman. Lihatlah mesin cuci ini, lumut-lumut yang sudah mulai menduduki plastik penutup mesin pengeringnya, rasanya tidak bisa didiamkan merajalela. Itu perlu dibersihkan. Kemudian tumpukan baju-baju yang harus distrika. Hmm....dimulai dari mana ya? Kamar si mbak juga ternyata berdebu. Kamar mandi? sudah saatnya dibersihkan. Duh..betapa selama ini hal-hal yang kelihatannya sepele malah akan mencuri waktu lebih lama lagi dari sekadar menjalankan rutinitas pengaturan tata laksana rumah tangga sehari-hari.
Inilah daftar hal-hal yang perlu dibenahi:
- safety mat untuk lantai dekat cuci baju -- salah-salah, bisa terpeleset di lantai dekat air keran
- pisau -- satu pisau yang tajam tidak cukup untuk memotong buah, memotong daging, mengiris bawang. Dua pisau lainnya, tumpulll
- selang baru -- kasihan si mbak, ternyata selama ini harus mengambil air dari ember untuk dituang ke mesin cuci ketimbang menggunakan selang, mbok ngomong toh mbak--
- kain pel -- selama ini lantai bersih, di pel pakai apa ya?
- setrika baru -- nah..baru ketahuan setelah Fia menyetrika bajunya sendiri. Kalau strika itu sudah panas, harus dicabut kabel listriknya. Dan lihat kabel-kabelnya sudah menunjukkan badannya keluar.. wah...sungguh berbahaya. Ini list untuk setelah hari ketiga tanpa si mbak. Masih ada tujuh hari ke depannya.
Belajar dari ketidakhadiran si mbak
Saat menyiapkan makanan malam tadi, tiba-tiba Fia berkomentar, ternyata enak juga nga ada di mbak ya ma. Semuanya bisa kita buat sendiri. Mama nga usah kerja aja. Saya tidak berkomentar. Menyiapkan makan buat anggota keluarga memang mempunyai keunikan dan kepuasan tersendiri. Apalagi kalau nasi goreng buatan kita diancungi jempol dan mereka minta tambah lagi. Padahal, itu siasat makan malam, karena hari ini tidak ada pasar jadi tidak belanja dan stock di kulkas sudah habis. Untung masih ada buah apel untuk mengimbangi sayur yang tidak tersedia hari ini. Kemudian juga saat bersibuk-sibuk di dapur, mereka keluar masuk hanya sekadar menanyakan kita makan apa lagi ma? Senangnya, menikmati kesukaan mereka yang menunggu dengan penuh harap, menu apa yang akan keluar untuk makan siang atau makan malam mereka. Meski, ada satu malam, kami harus makan di luar karena rasanya sudah tidak mungkin lagi untuk masak makan malam, karena tubuh yang sudah terlalu letih.
Hal yang pasti, ternyata kami tidak harus mengambil semua pekerjaan itu sendiri. Anak-anak yang sudah semakin besar tampaknya juga sudah dapat 'diperbantukan' untuk membantu kami orang tuanya. Apalagi, inisiatif membantu keluar dari mulut mereka sendiri. MEski kadarnya tidak lebih dari kecerewetan ibu-ibu yang berkaitan dengan kerapihan rumah, tentunya. Ah...waktu berjalan begitu cepat. Setiap tahun, pasti ada yang berubah meski ritual pekerjaan rumah tangga tidak berubah. Kebersamaan tanpa si mbak ternyata punya nilai sendiri dalam kehidupan berumah tangga. Hubungan anggota keluarga semakin akrab satu sama lain, karena adanya beban sepenanggungan bersama. Kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak dari hari ke hati juga dapat dilakukan kapan saja, bahkan saat sedang mencuci baju bersama. Kesempatan juga untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan tata cara dan etikat dalam kehidupan untuk anak-anak. Pola makan dan minum anak-anak juga terpantau dengan jelas. Apakah mereka minum susu dengan benar, berapa banyak porsi makan siang mereka, apa yang mereka lakukan di sekolah? semua terpantau baik secara kasat mata maupun dari perbincangan-perbincangan ringan sehari-hari. Saya yakin, pengalaman tanpa si mbak, pasti bervariasi dari satu rumah dengan rumah lainnya. Apalagi rumah yang biasa tanpa si mbak ya? Wah ..bersyukurlah mereka.
Demikianlah, ternyata quality time dengan anggota keluarga dapat terjalin dengan lebih sempurna, bukan saat berlibur bersama, tapi saat si mbak mudik. Meski tubuh letih, tapi banyak yang bisa didapat dari waktu-waktu bersama ini.
Mbak, kembali kapannn???
Sementara pada saat yang bersamaan, si mbak, yang biasanya menjadi asisten di rumah yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di atas, sedang membuat ketupat, makan ketupat, bercengkrama dengan keluarga dan menikmati Hari Raya ini dengan keluarga besar, sanak famili serta kerabat dan teman, sambil tertawa riang, tanpa harus memikirkan apakah sudah beres memasak atau mencuci baju. Tentu saja mereka pantas untuk mendapatkan semua keriangan itu, setelah hampir setahun berpisah dari sanak keluarga dan terlebih setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Perjalanan yang ditempuh dalam waktu belasan jam, dua kali lipat jarak tempuh dalam waktu normal, bukan menjadi penghalang untuk menikmati sukacita Idul Fitri di kampung halaman mereka. Perjalanan mudik dengan bermacet-macet dan menghabiskan waktu yang luar biasa mengundang keletihan badani, menjadi sebuah perayaan tersendiri yang mungkin telah dianggap menjadi ritual tahunan jelang Idul Fitri.
Ternyata...
Kembali ke rumah. Rasanya, baru membayangkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga tadi saja sudah melelahkan. Lebih baik berkutat dengan tumpukan buku-buku dan bekerja di depan laptop berjam-jam dari pada harus berkelahi dengan cipratan minyak panas dari ikan-ikan yang sudah tercemplung dalam wajan. Atau harus menggosok pantat panci yang-ternyata selama ini tidak dibersihkan benar- sudah mulai kehitam-hitaman. Lihatlah mesin cuci ini, lumut-lumut yang sudah mulai menduduki plastik penutup mesin pengeringnya, rasanya tidak bisa didiamkan merajalela. Itu perlu dibersihkan. Kemudian tumpukan baju-baju yang harus distrika. Hmm....dimulai dari mana ya? Kamar si mbak juga ternyata berdebu. Kamar mandi? sudah saatnya dibersihkan. Duh..betapa selama ini hal-hal yang kelihatannya sepele malah akan mencuri waktu lebih lama lagi dari sekadar menjalankan rutinitas pengaturan tata laksana rumah tangga sehari-hari.
Inilah daftar hal-hal yang perlu dibenahi:
- safety mat untuk lantai dekat cuci baju -- salah-salah, bisa terpeleset di lantai dekat air keran
- pisau -- satu pisau yang tajam tidak cukup untuk memotong buah, memotong daging, mengiris bawang. Dua pisau lainnya, tumpulll
- selang baru -- kasihan si mbak, ternyata selama ini harus mengambil air dari ember untuk dituang ke mesin cuci ketimbang menggunakan selang, mbok ngomong toh mbak--
- kain pel -- selama ini lantai bersih, di pel pakai apa ya?
- setrika baru -- nah..baru ketahuan setelah Fia menyetrika bajunya sendiri. Kalau strika itu sudah panas, harus dicabut kabel listriknya. Dan lihat kabel-kabelnya sudah menunjukkan badannya keluar.. wah...sungguh berbahaya. Ini list untuk setelah hari ketiga tanpa si mbak. Masih ada tujuh hari ke depannya.
Belajar dari ketidakhadiran si mbak
Saat menyiapkan makanan malam tadi, tiba-tiba Fia berkomentar, ternyata enak juga nga ada di mbak ya ma. Semuanya bisa kita buat sendiri. Mama nga usah kerja aja. Saya tidak berkomentar. Menyiapkan makan buat anggota keluarga memang mempunyai keunikan dan kepuasan tersendiri. Apalagi kalau nasi goreng buatan kita diancungi jempol dan mereka minta tambah lagi. Padahal, itu siasat makan malam, karena hari ini tidak ada pasar jadi tidak belanja dan stock di kulkas sudah habis. Untung masih ada buah apel untuk mengimbangi sayur yang tidak tersedia hari ini. Kemudian juga saat bersibuk-sibuk di dapur, mereka keluar masuk hanya sekadar menanyakan kita makan apa lagi ma? Senangnya, menikmati kesukaan mereka yang menunggu dengan penuh harap, menu apa yang akan keluar untuk makan siang atau makan malam mereka. Meski, ada satu malam, kami harus makan di luar karena rasanya sudah tidak mungkin lagi untuk masak makan malam, karena tubuh yang sudah terlalu letih.
Hal yang pasti, ternyata kami tidak harus mengambil semua pekerjaan itu sendiri. Anak-anak yang sudah semakin besar tampaknya juga sudah dapat 'diperbantukan' untuk membantu kami orang tuanya. Apalagi, inisiatif membantu keluar dari mulut mereka sendiri. MEski kadarnya tidak lebih dari kecerewetan ibu-ibu yang berkaitan dengan kerapihan rumah, tentunya. Ah...waktu berjalan begitu cepat. Setiap tahun, pasti ada yang berubah meski ritual pekerjaan rumah tangga tidak berubah. Kebersamaan tanpa si mbak ternyata punya nilai sendiri dalam kehidupan berumah tangga. Hubungan anggota keluarga semakin akrab satu sama lain, karena adanya beban sepenanggungan bersama. Kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak dari hari ke hati juga dapat dilakukan kapan saja, bahkan saat sedang mencuci baju bersama. Kesempatan juga untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan tata cara dan etikat dalam kehidupan untuk anak-anak. Pola makan dan minum anak-anak juga terpantau dengan jelas. Apakah mereka minum susu dengan benar, berapa banyak porsi makan siang mereka, apa yang mereka lakukan di sekolah? semua terpantau baik secara kasat mata maupun dari perbincangan-perbincangan ringan sehari-hari. Saya yakin, pengalaman tanpa si mbak, pasti bervariasi dari satu rumah dengan rumah lainnya. Apalagi rumah yang biasa tanpa si mbak ya? Wah ..bersyukurlah mereka.
Demikianlah, ternyata quality time dengan anggota keluarga dapat terjalin dengan lebih sempurna, bukan saat berlibur bersama, tapi saat si mbak mudik. Meski tubuh letih, tapi banyak yang bisa didapat dari waktu-waktu bersama ini.
Mbak, kembali kapannn???
Subscribe to:
Posts (Atom)